Kota Cerdas tidak hanya tentang gedung pencakar langit dan internet cepat. Konsep ini merujuk pada ekosistem yang saling terhubung, efisien, dan berorientasi pada pelayanan publik berkualitas.
Salah satu elemen penting di dalamnya adalah sistem pembayaran yang terintegrasi. Dalam konteks ini, QRIS TAP berpotensi menjadi katalis percepatan digitalisasi layanan kota.
QRIS TAP bukan sekadar varian baru dari fitur QRIS. Inovasi ini niscaya akan mengubah cara warga kota berinteraksi dengan layanan publik.
Didukung teknologi NFC (Near Field Communication), pengguna cukup mendekatkan ponsel ke mesin pembaca untuk menyelesaikan transaksi dalam hitungan detik. Keunggulan ini penting seiring gaya hidup kaum urban yang menuntut kecepatan layanan dan minim interaksi fisik.
QRIS TAP tidak hanya efisien secara teknis, tetapi juga sangat strategis. Sistem interoperabilitas yang dibangun memungkinkan QRIS TAP mudah diadopsi oleh berbagai penyedia layanan tanpa harus membangun infrastruktur dari nol.
Konfigurasi ini membuka peluang integrasi lintas sektor, seperti transportasi, parkir, fasilitas publik, perbelanjaan, hingga layanan administrasi pemerintah daerah.
Sektor transportasi publik menjadi kandidat utama first mover implementasi QRIS TAP dalam ekosistem Kota Cerdas. Terdapat dua pertimbangan utama, yaitu volume transaksi dan kecepatan akses.
Dalam sistem transportasi massal seperti bus dan kereta, aspek waktu tunggu terbilang sangat krusial. QRIS TAP hadir untuk menjawab tantangan ini dengan pemrosesan transaksi secara instan.
Secara historis, lebih dari satu dekade lalu membayar ongkos transportasi publik dengan uang tunai adalah satu-satunya pilihan. Di halte bus, penumpang harus menyiapkan uang pas, sementara kasir sibuk mencari uang kembalian.
Tak jarang, keterlambatan terjadi hanya karena proses ini. Fenomena serupa juga lazim dijumpai di stasiun kereta.
Lalu, kartu e-money (uang elektronik) hadir sebagai solusi. Dengan sistem ini, penumpang cukup menempelkan kartu ke mesin pembaca dan saldo otomatis terpotong sesuai tarif.
Proses ini memang lebih cepat dibandingkan uang tunai. Walau demikian, tidak sedikit pengguna baru menyadari saldo kartu tidak mencukupi saat sudah di depan gerbang masuk.
Menjawab tantangan tersebut, Bank Indonesia meluncurkan QRIS TAP. Sepintas cara kerja kartu e-money mirip dengan QRIS TAP. Namun, perbedaannya terletak pada inklusivitasnya.
Kartu e-money terkadang terbatas pada ekosistem tertutup dari penyedia layanan. Sebaliknya, QRIS TAP membuka akses lebih luas karena dapat digunakan pada berbagai aplikasi perbankan dan dompet digital.
Evolusi pembayaran di transportasi publik bukan semata-mata soal teknologi. Ini adalah tentang lompatan berkelanjutan demi meningkatkan efisiensi dan kenyamanan bagi pengguna.
Dengan kehadiran QRIS TAP, kita sedang menuju era di mana kemudahan perjalanan hadir dalam satu sentuhan.
Diadopsi luas
Sejak diperkenalkan pada 2019, QRIS terus menunjukkan tren kinerja yang mengesankan. Volume transaksi QRIS tetap tumbuh tinggi sebesar 163,32% pada Februari 2025 didukung peningkatan jumlah pengguna dan merchant.
Setali tiga uang, kartu e-money yangnotabene acap digunakan pada angkutan umum tercatat berjumlah 115 juta kartu pada Januari 2025.
Berkaca dari statistik tersebut, kita patut optimis QRIS TAP pada transportasi publik akan mudah diterima dan diadopsi secara luas. Apalagi peluang dan segmen pasarnya sangat besar.
Misalnya, jumlah penumpang MRT Jakarta sepanjang 2024 sebanyak 40,82 juta orang. Artinya, terdapat lebih dari 110 ribu orang yang menggunakan layanan ini setiap harinya.
Senada dengan data tersebut, Transjakarta mencatat ada 371,4 juta pelanggan pada 2024, dengan rata-rata lebih dari 1 juta pelanggan per hari.
Demikian pula, PT Kereta Commuter Indonesia menyebut volume pengguna commuter line (KRL) pada tahun lalu mencapai 374 juta orang.
Tesis di atas dapat dijelaskan secara ilmiah. Dalam teori difusi inovasi, Everett Rogers (1964) menyebut adopsi teknologi dipengaruhi oleh kemudahan penggunaan dan nilai tambahnya.
QRIS TAP memenuhi dua faktor itu. Implikasinya, QRIS TAP sangat potensial diadopsi cepat oleh masyarakat luas, terutama segmen pengguna awal dan mayoritas awal.
Menariknya, penerapan QRIS TAP di sektor transportasi publik juga sejalan dengan visi pemerintah. Asta Cita ketujuh mengamanatkan pemerintahan yang berbasis digitalisasi untuk menciptakan pemerintahan yang transparan, inklusif, dan efisien.
Implementasi QRIS TAP sesungguhnya lebih dari sekadar soal efisiensi transaksi. Ia menjadi titik temu antara kebutuhan praktis warga kota dan strategi besar digitalisasi layanan publik.
Ketika pengguna angkutan umum mengakses layanan hanya dengan menempelkan ponsel, maka masyarakat sebenarnya sedang masuk ke dalam ekosistem transaksi berbasis identitas digital.
QRIS TAP membuka jalan bagi pemerintah daerah mengumpulkan data real-time yang akurat tentang perilaku ekonomi warganya.
Data ini bisa digunakan untuk menyusun kebijakan berbasis bukti yang lebih presisi. Misalnya, data transaski untuk analisis mobilitas perkotaan, perencanaan infrastruktur, serta pengembangan kebijakan transportasi yang lebih efektif.
Potensi QRIS TAP tentu tidak hanya terbatas pada sektor transportasi publik saja. Lebih dari itu, terobosan ini sejatinya menjadi langkah strategis dalam memperluas akseptasi pembayaran digital di sektor lain.
Pengalaman negara lain menunjukkan transportasi publik sering kali menjadi sektor pertama yang mengadopsi inovasi pembayaran digital sebelum meluas ke berbagai industri.
Berbagai layanan publik, seperti fasilitas kesehatan, pendidikan hingga pembayaran retribusi pasar juga berpotensi besar dalam mengadopsi QRIS TAP.
Gol pamungkasnya ialah pedagang pasar tradisional dapat membayar retribusi hanya dengan menempelkan ponselnya ke mesin pembaca tanpa perlu repot menyiapkan uang kecil.
Efisiensi ini bukan hanya mempercepat proses, tetapi juga meningkatkan transparansi pendapatan daerah.
Dari perspektif makro, transformasi menuju Kota Cerdas bukan sekadar soal adopsi teknologi tinggi. Ini adalah tentang menjadikan teknologi sebagai alat untuk membangun kota yang lebih humanis.
Ketika pembayaran makin mudah, aktivitas ekonomi pun meningkat. Warga lebih nyaman, pedagang lebih untung, dan kota makin cerdas.
Pada akhirnya, saat ini kita hidup di era di mana kecepatan dan kenyamanan menjadi mata uang baru dalam interaksi ekonomi.
Oleh karena itu, eksistensi QRIS TAP harus dimaknai sebagai langkah kolektif untuk memperkuat fondasi sistem Kota Cerdas secara menyeluruh.
Artikel ini telah dimuat di KONTAN 17 April 2025