Satu hal yang sering membuat kita—terutama para manajer dan profesional muda—merasa tidak percaya diri adalah ketika melihat riwayat pekerjaan atau pengalaman karier yang tampak tidak linier. Berpindah-pindah pekerjaan, lintas industri, bahkan ganti bidang beberapa kali. Rasanya seperti tidak punya arah yang jelas.
Namun jangan khawatir. Buku Range: Why Generalists Triumph in a Specialized World karya David Epstein hadir seperti segelas kopi panas di pagi yang dingin—menenangkan dan membuka mata.
Buku ini adalah pembelaan yang kuat untuk orang-orang yang tidak menempuh jalur spesialisasi tunggal, tetapi justru memiliki beragam pengalaman lintas bidang. Jika kamu pernah merasa, “Mengapa aku belum menjadi ahli di satu hal pun?”, mungkin kamu bukan tersesat—kamu hanya sedang tumbuh sebagai seorang generalist.
Dua Jalan Menuju Keunggulan
Epstein memulai bukunya dengan dua tokoh besar: Tiger Woods dan Roger Federer.
Tiger sejak umur 2 tahun sudah memegang stik golf. Dididik secara intens oleh ayahnya. Fokus hanya pada satu bidang. Hasilnya: juara dunia dan legenda.
Federer? Masa kecilnya diisi dengan bermain basket, renang, badminton, bahkan skateboard. Bahkan ibunya sendiri mengatakan bahwa Federer adalah anak yang santai dan tidak terlalu ambisius. Namun pada akhirnya, dia juga menjadi salah satu atlet terbaik sepanjang masa di dunia tenis.
Apa pelajaran dari sini? Tidak semua kesuksesan lahir dari spesialisasi dini. Banyak orang justru berkembang melalui proses eksplorasi yang beragam.
Spesialisasi Itu Penting—Tapi Tidak Selalu Jawaban
Mungkin kamu pernah mendengar teori 10.000 jam dari Malcolm Gladwell—bahwa seseorang butuh latihan sebanyak itu untuk menjadi ahli. Teori ini berlaku di dunia dengan pola stabil seperti catur atau musik klasik.
Namun dalam dunia kerja saat ini, kamu sedang bermain di medan yang berbeda. Dunia kerja adalah wicked learning environment—lingkungan belajar yang tidak pasti, sering berubah, dan penuh ketidakjelasan. Hari ini kamu belajar strategi bisnis, besok sudah harus memahami UI/UX.
Di sinilah para generalis unggul. Mereka tidak hanya terbiasa dengan perubahan, tapi juga mampu menghubungkan banyak hal lintas bidang untuk menghasilkan solusi baru.
Kekuatan Seorang Generalist
Epstein menunjukkan bahwa banyak tokoh hebat bukan berasal dari jalur lurus, tapi dari perjalanan yang penuh belokan. Van Gogh sempat menjadi guru dan pengkhotbah sebelum melukis. Steve Jobs belajar kaligrafi tanpa tujuan karier yang jelas—dan justru itu yang membuat desain produk Apple begitu elegan.
Apa yang membuat seorang generalist menonjol? Ini beberapa kekuatannya:
- Pemikiran analogi lintas konteks. Generalis mampu menghubungkan hal-hal dari dunia yang berbeda dan menciptakan pendekatan baru. Seperti bagaimana desain pesawat terinspirasi dari sayap burung.
- Adaptasi cepat. Karena terbiasa melompat dari satu bidang ke bidang lain, generalis cenderung lebih cepat belajar dan menyesuaikan diri.
- Kemampuan menjadi jembatan antar tim. Generalis bisa bicara dengan bahasa teknis, tetapi juga bisa menjelaskan kepada tim bisnis. Mereka menjadi penghubung yang memudahkan kerja sama.
- Inovasi yang orisinal. Dengan sudut pandang yang lebih luas, generalis sering menemukan ide-ide segar yang belum terpikirkan oleh para spesialis.
Mengapa Perusahaan Masa Kini Butuh Generalist?
Di tengah disrupsi teknologi, perubahan regulasi, dan tekanan pasar, perusahaan butuh orang yang bisa berpikir fleksibel. Sayangnya, banyak perusahaan masih lebih menyukai spesialis dengan pengalaman panjang di satu bidang.
Padahal, studi menunjukkan bahwa organisasi yang membuka ruang untuk eksplorasi dan pengembangan lintas fungsi justru lebih inovatif.
IBM, misalnya, menemukan bahwa karyawan yang pernah berpindah antar divisi dan mencoba berbagai proyek memiliki performa yang lebih baik dalam jangka panjang. Mereka bukan yang paling ahli di satu hal, tapi mereka punya pemahaman menyeluruh dan mampu membuat keputusan lintas departemen.
Dunia kerja hari ini membutuhkan orang yang mampu menyambungkan titik, bukan hanya menggali lebih dalam di satu titik.
Kamu Tidak Terlambat—Kamu Sedang Melalui Masa Eksplorasi
Banyak dari kita merasa tertinggal karena belum tahu “panggilan hidup”, bahkan setelah bertahun-tahun bekerja. Tapi Range menjelaskan bahwa masa eksplorasi adalah fase yang sehat dan produktif.
Sama seperti Federer, banyak orang sukses justru berkembang setelah mencoba berbagai hal. Mereka menyusun pola dari pengalaman, lalu menemukan posisi terbaik untuk berkontribusi.
Jadi, jika saat ini kamu sedang berpindah dari marketing ke project management, lalu ke analitik—itu bukan kegagalan. Itu adalah proses pembentukan perspektif.
Lalu, apa yang bisa kamu lakukan?
- Ubah cara pandang terhadap pengalaman kariermu. Jangan malu memiliki pengalaman yang beragam. Ceritakan bahwa itu memberimu sudut pandang luas.
- Latih berpikir lintas disiplin. Baca buku dari topik yang jauh dari pekerjaanmu sekarang. Gabungkan logika bisnis dengan seni, desain dengan psikologi, teknologi dengan budaya.
- Ikut proyek lintas divisi. Ambil tantangan di luar deskripsi pekerjaanmu. Terlibat dalam proyek baru akan memperkaya cara kamu berpikir dan bekerja.
- Pilih jalur karier yang memberi ruang belajar horizontal. Karier tidak selalu tentang promosi jabatan. Kadang, memperluas wawasan jauh lebih berharga dari sekadar naik level.
Di Dunia yang Cepat Berubah, Fleksibilitas adalah Kekuatan
Dulu, menjadi “jack of all trades” dianggap kurang fokus. Tapi hari ini, menjadi generalist adalah keunggulan kompetitif.
Range mengingatkan kita bahwa tidak semua orang harus menjadi ahli sejak dini. Justru, mereka yang mengambil waktu untuk mengeksplorasi, gagal, belajar, dan menggabungkan pengalaman lintas bidang adalah mereka yang bisa menciptakan solusi paling relevan dan segar di masa depan.
Karier bukan perlombaan cepat. Bahkan bukan juga maraton. Dunia kerja hari ini lebih mirip parkour—kamu harus cekatan, fleksibel, dan siap berpindah arah tanpa jatuh.
Jadi, jika hari ini kamu masih bertanya, “Apa spesialisasiku?”, mungkin jawabannya adalah: kamu tidak punya satu, karena kamu punya range.
Dan itu bukan kekurangan. Itu kekuatanmu.
“Specialists tend to be good at solving the same problem repeatedly, but generalists are better at solving new problems.” – David Epstein

