Nov 1, 2024 | On Self-Productivity
Bayangkan kamu sedang duduk di kafe, ditemani secangkir kopi panas, lalu seseorang datang menghampirimu dan bertanya, “Bisa kamu jelaskan apa itu fisika kuantum dalam dua kalimat saja?”
Jika kamu merasa gugup dan bingung, kamu tidak sendirian. Mungkin ada rasa takut: apakah aku benar-benar mengerti dan bisa menjelaskannya dengan cukup baik? Di sinilah Teknik Feynman datang membantu.
Teknik ini berawal dari seorang jenius yang dikenal karena keahliannya dalam menjelaskan konsep-konsep rumit dengan bahasa sederhana—Richard Feynman, seorang fisikawan peraih Nobel.
Ia memiliki pendekatan belajar yang sederhana tapi kuat: jika kamu tidak bisa menjelaskan sesuatu dengan mudah, artinya kamu belum benar-benar mengerti.
Tantangan menyederhanakan gagasan rumit menjadi esensinya ini sering disebut sebagai Teknik Feynman.
Teknik ini memaksa kita untuk menanggalkan semua kerumitan yang tidak penting, menyaring sebuah konsep menjadi esensinya yang paling sederhana, dan mengembangkan pemahaman yang kaya serta mendalam tentang disiplin ilmu apa pun yang ingin kita kuasai.
Memulai Dengan Empat Langkah Sederhana
Langkah 1: Pilih Konsep yang Mau Dipahami
Kamu perlu memilih satu topik untuk didalami, misalnya “hukum gravitasi.” Coba tulis kata “gravitasi” di atas kertas kosong, dan buat kolom untuk menjelaskan konsep ini dengan sederhana.
Tujuan utamamu di sini adalah memahami gravitasi dengan baik, hingga kamu bisa menjelaskan kepada siapa pun, bahkan ke anak kecil.
Langkah 2: Jelaskan dengan Kata-Kata Sederhana
Sekarang, bayangkan kamu sedang menjelaskan gravitasi kepada temanmu yang tidak punya latar belakang sains. Gunakan bahasa yang sederhana, tanpa istilah teknis yang rumit.
Misalnya, kamu bisa mulai dengan, “Gravitasi adalah gaya yang membuat benda jatuh ke tanah. Ketika kita melempar sesuatu ke atas, gravitasi yang menariknya kembali ke bawah.”
Kalimat sederhana ini adalah latihan pertama yang sangat penting. Dengan mencoba menjelaskan seperti ini, kamu akan mulai memahami inti dari apa yang ingin kamu pelajari.
Langkah 3: Temukan Bagian yang Masih Membingungkan
Saat menjelaskan, kamu mungkin merasa ada bagian tertentu yang belum jelas atau sulit dijelaskan. Inilah titik kebingungan, yang jadi tanda bahwa ada bagian yang perlu kamu pahami lebih dalam.
Di sini, Teknik Feynman benar-benar efektif, karena bagian yang membingungkan ini menunjukkan apa yang perlu kamu pelajari lagi.
Misalnya, saat kamu menjelaskan gravitasi, kamu mungkin sadar bahwa kamu belum paham kenapa gravitasi bekerja. Pada titik ini, kembali ke buku atau referensi lain, cari jawabannya, dan pelajari lebih dalam hingga kamu bisa menjelaskan ulang tanpa kebingungan.
Langkah 4: Sederhanakan Lagi dan Hubungkan
Setelah semua mulai jelas, coba ulangi penjelasanmu. Buat lebih singkat, lebih sederhana, dan usahakan terhubung dengan kehidupan sehari-hari.
Mungkin kamu bisa berkata, “Gravitasi itu seperti magnet yang menarik segala sesuatu ke bawah, jadi setiap benda yang kita lempar ke atas pasti akan jatuh kembali.”
Melalui penjelasan sederhana ini, kamu bisa melihat bahwa Teknik Feynman membantumu memahami suatu konsep secara mendalam dan mengolahnya jadi sesuatu yang mudah dipahami.
Cara Menjadi Ahli
Teknik Feynman bukan hanya cara belajar, tetapi juga sebuah seni berpikir yang mengutamakan pemahaman mendalam daripada sekadar menghafal.
Ini seperti membongkar sebuah mesin menjadi bagian-bagian terkecil hingga kamu tahu cara kerjanya, lalu menyusunnya kembali hingga bisa menjelaskan bagaimana semua bagian itu bekerja bersama.
Teknik Feynman mengajarkan kita bahwa belajar bukan hanya tentang menghafal informasi, tetapi bagaimana membuat informasi tersebut ‘hidup’ di kepala kita.
Ketika kamu benar-benar memahami sesuatu, kamu bisa menjelaskannya dengan mudah. Jadi, kamu bukan sekadar tahu, tapi mengerti.
Jadi, kalau kamu ingin benar-benar menguasai sebuah bidang tertentu, coba sampaikan gagasanmu kepada orang lain. Lakukan hal itü di depan umum dan lakukan secara konsisten.
Memublikasikan gagasan tertulis memaksamu untuk belajar lebih sering dan menulis dengan lebih jelas.
Memublikasikan video memaksamu untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan menyampaikan pemikiranmu.
Membagikan gagasan di atas panggung mengajarkanmu cara menarik perhatian audiensi dan menceritakan kisah-kisah yang memikat.
Pada bidang apa pun dalam hidup kita, melakukannya di depan umum, dan menjadikannya kewajiban yang memaksa kita untuk melakukannya secara konsisten, akan mengarahkan kita pada tahap penguasaan.
Mampu menyederhanakan sebuah gagasan dan berhasil membagikannya kepada orang lain adalah jalan untuk memahaminya dan bukti bahwa kita memang paham. Salah satu cara menutupi kurangnya pemahaman kita terhadap suatu gagasan adalah dengan menggunakan kata-kata secara berlebihan, lebih bombastis dan kurang penting (Steven Bartlett, penulis buku “THE DIARY OF A CEO”)
Nov 20, 2023 | On Self-Productivity
Di era keemasannya zaman dulu, Tiongkok pernah memiliki seorang juru strategi militer legendaris bernama Sun Tzu. Ia merupakan penulis buku terkenal berjudul “The Art of War“.
Dalam banyak kesempatan, Sun Tzu lebih suka memenangkan perang tanpa perlu bertempur atau, setidaknya, memenangkan pertempuran yang paling mudah terlebih dahulu.
Ia menulis, “Dalam perang, juru strategi yang hebat hanya bertempur apabila sudah ada kepastian kemenangan.” Dia memerintahkan pasukannya untuk membuat jalan melalui rute yang tak terduga dan menyerang titik-titik yang tidak dijaga musuh.
Ia menyatakan, “Taktik militer seperti air. Secara alamiah, air menjauhi tempat tinggi dan bergerak cepat menuju ke bawah. Demikian pula dalam perang, hindarilah musuh yang kuat dan segera serang musuh yang lemah.”
Ajaran Sun Tzu tersebut berkembang luas hingga ke bidang-bidang di luar ilmu peperangan. Prinsip fokus pada menemukan cara paling mudah untuk mencapai tujuan tertentu menjadikan pendekatan ini dapat diterapkan dalam segala hal.
Mulai dari pertumbuhan bisnis dan penetapan tujuan hingga penurunan berat badan dan membentuk sebuah kebiasaan baru.
Mari kita lihat bagaimana strategi militer ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Terlalu sering, kita mencoba membangun kebiasaan baru dan mencapai tujuan besar hanya mengandalkan “kekuatan” semata. Kita bertempur secara langsung dan menyerang musuh — dalam hal ini, kebiasaan buruk kita — pada titik di mana mereka paling kuat. Contohnya:
– Kita mencoba mengikuti diet ketat saat bersama teman-teman makan malam di luar.
– Kita mencoba menulis buku di lingkungan yang berisik.
– Kita mencoba makan sehat di rumah yang dipenuhi permen dan gula.
– Kita mencoba mengerjakan pekerjaan rumah sambil menonton televisi.
– Kita mencoba berkonsentrasi sambil menggunakan smartphone yang dipenuhi aplikasi media sosial, game, dan gangguan lainnya.
Dan ketika gagal mencapai tujuan, kita menyalahkan diri sendiri. Dalam banyak kasus, kegagalan bukanlah hasil dari komitmen yang lemah, tetapi hasil dari strategi yang buruk.
Sun Tzu tidak pernah memimpin pasukannya ke dalam pertempuran di medan yang tidak menguntungkan. Dia tidak akan menyerang titik di mana musuh paling kuat.
Demikian pula, kita seharusnya terlebih dahulu melakukan perbaikan-perbaikan yang mudah pada kebiasaan kita dan membangun kekuatan kita sebelum menyerang perubahan yang paling sulit.
Ditakdirkan Untuk Menang
Menjadi lebih baik bukan hanya soal kekuatan tekad. Ini juga berkaitan dengan strategi. Apa yang orang anggap sebagai kurangnya kekuatan tekad atau ketidakmauan untuk berubah seringkali merupakan akibat dari upaya membangun kebiasaan baik dalam lingkungan yang tidak mendukung. Misalnya:
– Jika Anda mencoba untuk membaca lebih banyak buku, jangan lakukan itu di ruangan yang dipenuhi dengan permainan video, Netflix, dan televisi. Pindahlah ke lingkungan yang tenang.
– Jika Anda memiliki berat badan berlebih, jangan mencoba mengikuti program latihan untuk atlet profesional. Anda bisa mencapainya suatu saat nanti, tetapi itu bukan pertempuran yang perlu Anda hadapi sekarang. Mulailah dengan perubahan yang lebih mudah dilakukan.
– Jika Anda dikelilingi oleh orang-orang yang merendahkan tujuan Anda, maka kerjakan proyek Anda di lokasi yang berbeda atau cari orang dengan pandangan serupa dengan Anda.
– Jika Anda mencoba mempertahankan kebiasaan menulis ketika anak-anak Anda berada di rumah dan rumah dalam keadaan kacau, maka lakukan itu pada waktu yang berbeda.
Bangunlah kebiasaan Anda di tempat yang mudah untuk dilakukan. Tentukan ulang situasinya. Buatlah permainan di mana peluang berada di pihak Anda.
Terdengar sederhana, tapi seberapa sering Anda mendapati diri Anda bertempur dalam pertempuran sulit dan mengabaikan yang mudah?
Masih banyak waktu untuk melibatkan diri dalam pertempuran yang sulit, tapi menangkan dulu pertempuran yang mudah.
Jalan paling cerdas untuk mengubah kebiasaan adalah melakukan sesuatu yang paling sedikit resistensinya. Bertarunglah dalam peperangan di mana Anda sudah ditakdirkan untuk menang.
Oct 24, 2023 | On Self-Productivity
Kita semua tentu memiliki target yang ingin dicapai dalam hidup. Target ini mungkin mencakup belajar bahasa baru, makan lebih sehat dan menurunkan berat badan, menjadi orang tua yang lebih baik, menghemat lebih banyak uang, dan lain sebagainya.
Namun kita sering berpikir bahwa kesenjangan antara posisi kita saat ini dan di mana kita ingin berada di masa depan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. Inilah alasan mengapa kita membeli kursus tentang cara memulai bisnis atau cara menurunkan berat badan dengan cepat atau cara belajar bahasa baru dalam tiga bulan.
Kita berasumsi bahwa jika kita tahu tentang strategi yang lebih baik, maka kita akan mendapatkan hasil yang lebih baik. Kita percaya bahwa hasil baru memerlukan pengetahuan baru.
Namun, apa yang kita semua sadari adalah bahwa pengetahuan baru tidak selalu memberikan hasil yang baru. Bahkan, mempelajari sesuatu yang baru sebenarnya bisa menjadi pemborosan waktu jika tujuan kita adalah membuat kemajuan dan bukan sekadar menambah pengetahuan baru.
Perbedaan antara berlatih dan belajar
Dalam buku “The Practicing Mind,” Thomas Sterner menjelaskan perbedaan mendasar antara berlatih dan belajar.
“Ketika berlatih sesuatu, kita terlibat dalam pengulangan yang disengaja dari suatu proses dengan niat mencapai tujuan tertentu. Kata-kata “disengaja” dan “niat” adalah kunci di sini karena mereka mendefinisikan perbedaan antara berlatih sesuatu dengan aktif dan sekadar belajar.”
Belajar sesuatu yang baru dan berlatih sesuatu yang baru mungkin tampak sangat mirip, tetapi kedua metode ini memiliki hasil yang sangat berbeda. Berikut beberapa contoh untuk memahami perbedaannya.
Misalnya, tujuan kita adalah membangun otot badan yang lebih kuat. Kita bisa mencari instruktur terbaik untuk mengajari teknik bench press, tetapi satu-satunya cara terbaik untuk membangun kekuatan otot adalah dengan berlatih mengangkat beban.
Contoh lainnya, jika tujuan kita adalah mengembangkan startup, maka kita bisa belajar cara terbaik untuk melakukan presentasi penjualan. Walau demikian, satu-satunya cara terbaik untuk benar-benar mendapatkan pelanggan adalah dengan berlatih melakukan panggilan penjualan.
Seandainya, tujuan Anda adalah menulis buku. Anda bisa berbicara dengan penulis hebat tentang cara menulis sebuah cerita, tetapi satu-satunya cara terbaik untuk menjadi penulis yang lebih baik adalah dengan berlatih menerbitkan tulisan secara konsisten.
Belajar pasif menciptakan pengetahuan, berlatih aktif menciptakan keterampilan.
Mari pertimbangkan tiga alasan lain untuk memberi prioritas kepada latihan aktif daripada belajar pasif.
1. Belajar pasif dapat menjadi alasan untuk menunda aksi nyata.
Dalam banyak kasus, belajar sebenarnya adalah cara untuk menghindari mengambil tindakan terhadap tujuan dan minat yang kita anggap penting. Misalnya, kita ingin menguasai bahasa asing. Membaca buku tentang cara cepat belajar bahasa asing memungkinkan kita merasa seolah-olah kita telah membuat kemajuan. Kenyataannya, kita sebenarnya tidak sedang berlatih tindakan yang akan memberikan hasil yang diinginkan, yaitu berbicara bahasa asing.
Dalam situasi seperti ini, kita sering mengklaim bahwa kita sedang mempersiapkan atau mencari metode terbaik, tetapi alasan ini membuat kita merasa seolah-olah kita sedang maju ketika sebenarnya kita hanya membuang-buang waktu.
2. Berlatih Adalah belajar, tetapi belajar bukan berlatih.
Belajar pasif bukanlah bentuk berlatih karena meskipun kita mendapatkan pengetahuan baru, kita tidak belajar bagaimana menerapkan pengetahuan tersebut. Di sisi lain, berlatih aktif adalah salah satu bentuk belajar yang paling penting karena kesalahan yang kita buat saat berlatih memberikan pelajaran yang sulit dilupakan.
3. Berlatih mengarahkan energi pada proses.
Keadaan kita saat ini adalah hasil dari kebiasaan dan keyakinan yang kita praktikkan setiap hari. Ketika kita menyadari ini dan mulai mengarahkan fokus pada berlatih kebiasaan yang lebih baik setiap hari, kemajuan yang berkelanjutan akan menjadi hasil logisnya. Bukan hal-hal yang kita pelajari atau impian yang kita bayangkan yang menentukan hasil kita, tetapi kebiasaan yang kita praktikkan setiap hari. Jatuh cintalah pada kebosanan dan fokuskan energi pada proses.
Apakah belajar pasif tidak berguna? Tentu tidak. Dalam banyak kasus, belajar untuk sekadar belajar bisa menjadi hal berguna, terutama dapat membantu kita untuk membuat keputusan.
Namun, pesan utamanya adalah bahwa belajar itu sendiri tidak membawa kemajuan. Kita sering menyembunyikan diri di balik informasi dan menggunakan proses belajar sebagai alasan untuk menunda pilihan yang lebih sulit dan lebih penting untuk benar-benar melakukan sesuatu. Luangkan lebih sedikit waktu untuk belajar pasif dan lebih banyak waktu untuk berlatih aktif.
Berhenti berpikir terlalu lama dan mulailah bertindak!
Oct 5, 2023 | On Self-Productivity
Mungkin kita sering merasa terjebak dalam kekacauan tugas-tugas sehari-hari yang semakin menumpuk. Pekerjaan rumah, pekerjaan kantor, dan berbagai tugas lainnya dapat membuat hidup terasa kewalahan.
David Allen, dalam bukunya “Getting Things Done,” memperkenalkan sebuah konsep yang dapat membantu kita mengelola tugas-tugas tersebut dengan lebih efisien. Salah satu konsep kunci yang diperkenalkan dalam buku ini adalah “Aturan 2 Menit.”
Filosofi dasar dari aturan ini sangat sederhana, tapi powerful. Jika pekerjaan dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari 2 menit, maka segera selesaikan saat ini juga. Jangan menunda-nunda atau memasukkan ke dalam daftar tugas yang panjang.
Pertanyaannya, mengapa aturan ini sangat penting? David Allen mengajarkan bahwa membiarkan tugas-tugas kecil menumpuk dapat mengganggu produktivitas Anda secara keseluruhan. Selain itu, tugas-tugas yang terlupakan atau ditunda seringkali menjadi sumber stres yang tidak perlu.
Dengan menerapkan Aturan 2 Menit, Anda akan merasa lebih terorganisir, lebih efisien, dan kurang terbebani oleh tugas-tugas kecil. Jangan biarkan tugas-tugas tersebut mengendap di pikiran Anda. Segera selesaikan dan hapus dari daftar tugas sehingga Anda bisa lebih fokus pada pekerjaan yang lebih penting dan lebih besar.
Beberapa contoh implementasi Aturan 2 Menit:
1. Membalas Email Singkat
Contoh pertama adalah ketika Anda membuka kotak masuk email Anda dan menemukan email dari rekan kerja yang hanya berisi pertanyaan singkat yang dapat dijawab dengan satu atau dua kalimat. Alih-alih membiarkan email tersebut tinggal di kotak masuk Anda dan berencana untuk menjawabnya nanti, Anda dapat menjawabnya segera.
2. Mencuci Sebuah Cangkir Kotor
Misalkan Anda selesai minum secangkir kopi. Alih-alih menumpuknya di wastafel dan memikirkan untuk mencucinya nanti, Anda dapat mencucinya segera. Tugas ini memakan waktu kurang dari dua menit dan akan mencegah penumpukan cangkir kotor yang membuat rumah Anda terlihat berantakan.
3. Mengisi Formulir Singkat
Contoh lain adalah ketika Anda menemukan formulir online yang hanya memerlukan informasi dasar seperti nama, alamat, dan nomor telepon. Daripada menyimpannya untuk diisi nanti, Anda dapat mengisi formulir tersebut sekarang. Ini akan menghemat waktu Anda dan memastikan Anda tidak lupa atau meninggalkannya.
Membentuk Kebiasaan Baru
Menariknya Aturan 2 Menit ini tidak hanya berlaku untuk penyelesaian pekerjaan saja. Prinsip yang sama juga bisa diterapkan bahwa jika Anda ingin memulai sebuah kebiasaan baru, pastikan langkah awal yang Anda lakukan tidak memerlukan waktu lebih dari dua menit.
Ide dasarnya adalah membuat perubahan yang Anda inginkan menjadi sekecil dan semudah mungkin, sehingga tidak ada alasan untuk menunda.
Misalnya, jika Anda ingin membentuk kebiasaan membaca buku sebelum tidur setiap malam, Anda dapat memulainya dengan membaca satu halaman buku. Atau jika Anda ingin membiasakan diri olahraga push-up 30 kali setiap hari, mungkin Anda cukup push-up sebanyak 10 kali di pagi hari, 10 kali di siang hari, dan 10 kali di malam hari.
Mengapa Aturan 2 Menit efektif? Karena itu mengatasi hambatan mental yang seringkali membuat kita menunda-nunda. Tidak ada lagi perasaan “Saya tidak punya waktu” atau “Saya terlalu lelah.” Dalam dua menit, Anda bisa mulai.
Penting untuk diingat bahwa tujuan Aturan 2 Menit bukan hanya melakukan dua menit, tetapi lebih kepada membangun kebiasaan. Dengan menanamkan kebiasaan ini, Anda membangun fondasi yang kuat untuk perubahan lebih besar di masa depan.
Seperti yang telah kita diskusikan, ini adalah strategi yang powerful karena begitu Anda mulai melakukan hal yang benar, jauh lebih mudah untuk melanjutkannya. Sebuah kebiasaan baru seharusnya tidak terasa seperti tantangan. Tindakan yang mengikuti mungkin sulit, tetapi dua menit pertama harus mudah.
Kita jarang berpikir tentang perubahan dengan cara ini karena semua orang terobsesi dengan tujuan akhir. Tapi satu push-up lebih baik daripada tidak berolahraga. Satu menit berlatih gitar lebih baik daripada sama sekali tidak bermain. Satu menit membaca lebih baik daripada tidak pernah mengambil buku.
Jauh lebih baik melakukan lebih sedikit dari yang Anda harapkan daripada sama sekali tidak melakukan apa-apa.
Bagaimana Anda dapat mulai menerapkan Aturan 2 Menit dalam hidup Anda? Pertama, identifikasi kebiasaan baru yang ingin Anda bentuk. Kemudian, pecahlah kebiasaan tersebut menjadi langkah pertama yang bisa diselesaikan dalam waktu dua menit atau kurang. Selanjutnya, tentukan waktu yang konsisten untuk melakukannya setiap hari, misalnya setelah bangun tidur atau sebelum tidur.
Aturan 2 Menit adalah alat sederhana, namun efektif untuk membantu Anda untuk membentuk kebiasaan baru dengan mudah. Dengan memulai dengan langkah kecil yang memerlukan waktu kurang dari dua menit, Anda menghilangkan hambatan mental dan membangun fondasi yang kuat untuk perubahan positif.
Jadi, apa kebiasaan baru yang ingin Anda bentuk hari ini? Ingat, cukup mulai dengan dua menit, dan perubahan akan mengikuti. Selamat mencoba!